Menurut mantan pemain Persib, Adeng Hudaya, kemungkinan besar hal itu terjadi karena lini tengah, termasuk sang tandem, Hilton Moreira, belum mengerti keinginan dan kebutuhan Gonzales. Antara Gonzales dengan pemain lainnya memang masih perlu adaptasi lagi.
“Gonzales itu striker bernaluri gol tinggi. Akan tetapi, dia bukan apa-apa kalau tidak disokong pemain lainnya. Kita tahu bagaimana sepak terjang Gonzales di Kediri. Pada putaran pertama dia mencetak lima belas gol dan menjadi top scorer,” tutur Adeng ketika dihubungi “PR”, Minggu (22/3).
Prestasi yang dicetak Gonzales pada putaran pertama, menurut Adeng, tidak terlepas dari kontribusi lini tengah Persik. Di sana ada Ronald Fagundes, yang mengerti keinginan Gonzales. Sementara di depan, Budi Sudarsono sudah sedemikian padu dalam mengimbangi ritme permainan striker yang kini berebut posisi pencetak gol terbanyak bersama Ngon A. Djam (Sriwijaya FC) itu. Kini, Gonzales dan Ngon sama-sama mengemas tujuh belas gol.
Sayangnya, menurut Adeng, di Persib, Gonzales belum mendapatkan atmosfer permainan yang menunjang. Selain suplai bola yang kurang menunjang pergerakan pemain asal Uruguay itu, Adeng menengarai, masih tingginya egoisme sejumlah pemain Persib, khususnya lini tengah dan depan.
“Masih ada sejumlah pemain begitu berambisi mencetak gol, tanpa melihat siapa yang lebih berpeluang. Karena terlalu memaksa, akhirnya peluang terbuang sia-sia. Harusnya mereka belajar pada Gonzales. Saya melihat, walaupun pemain bintang, Gonzales tidak egois. Ketika dirasa posisinya kurang menguntungkan, dia tidak memaksakan untuk membuat gol,” tutur Adeng.
Ia mengingatkan, pemain Persib harus lebih menekankan prinsip bahwa permainan bola itu satu untuk semua. “Di lapangan, egoisme harus ditanggalkan. Manfaatkan kelebihan Gonzales di lini depan untuk kepentingan tim,” tuturnya.
Kendati demikian, lanjutnya, bukan berarti tim hanya mengandalkan Gonzales di lini depan. Bagaimanapun, variasi harus ditingkatkan, agar serangan Persib tidak mudah terbaca oleh tim lain. Lagipula, jika serangan hanya difokuskan dari satu ujung tombak, kemungkinan lawan untuk mengunci sangat besar.
“Siapa pun yang berpeluang, ambillah kesempatan. Gonzales hanya satu alternatif yang harus dimanfaatkan. Kalau terlalu mengandalkan dia pun hasilnya seperti dua pertandingan pertama Persib. Semua bola mengarah ke Gonzales, sementara lawan mematikannya. Hasilnya, banyak peluang terbuang percuma. Satu yang saya tekankan, jangan egois,” katanya.
Mengenai belum mengertinya lini tengah akan keinginan dan suplai bola yang dibutuhkan Gonzales, Adeng menilai, dalam proses berjalannya waktu, itu akan terasah. “Mungkin karena Gonzales juga baru bergabung. Mudah-mudahan saja ke depannya kerja sama tim akan lebih padu,” tuturnya.
Bola mati
Selain serangan langsung, Adeng menilai, pemanfaatan Persib atas bola-bola mati untuk mencetak gol juga masih kurang. “Selalu saja tendangan bebas diarahkan langsung ke gawang, baik oleh Cabanas maupun Eka Ramdani. Kita bisa lihat, tidak semua tendangan itu bisa menjadi gol. Paling dari dua puluh tendangan, hanya satu yang menjadi gol. Kenapa pemain Persib tidak membuat variasi,” tuturnya.
Misalnya, tambah Adeng, bola diarahkan ke jantung pertahanan lawan untuk memancing kesalahan lawan atau duel di dalam kotak penalti. “Dengan demikian, lawan juga tidak akan dengan gampang membaca permainan Persib. Selama ini mudah terbaca, sering kali menggunakan pola yang sama,” ujar Adeng.
Melalui peningkatan variasi tendangan bebas dan kerja sama antarlini tersebut, Adeng berharap, produktivitas gol Persib akan meningkat. Ini menjadi modal berharga, seandainya di akhir musim nanti banyak klub yang berakhir dengan poin sama. Saat ini, Persib mengemas 34 gol dan 22 kali kebobolan. Khusus untuk putaran kedua, dari enam gol yang dilesakkan ke gawang lawan, Persib sudah tiga kali kebobolan.