Monday, February 2, 2009

Darah Baru Persib Bermunculan

SIDANG Paripurna Pegurus (SPP) PSSI 1988 memutuskan, Kompetisi Perserikatan kembali digelar dua tahun sekali. Sebagai buntut dari merebaknya dugaan suap pada Kompetisi Perserikatan 1987/1988, yang diduga melibatkan pemain Persib dan PSMS, serta aksi sepak bola gajah ala Persebaya, PSSI pun mengubah format “6 Besar”. Kalau sebelumnya di putaran final ini diberlakukan sistem setengah kompetisi; keenam tim bertemu untuk menentukan dua wakil ke grandfinal, pada Kompetisi Perserikatan 1989/1990, kontestan “6 Besar” dibagi ke dalam dua grup, masing-masing tiga tim. Dua tim terbaik maju ke semifinal dan selajutnya final.

Sebelum Kompetisi Perserikatan 1989/1990 digelar, November 1989, banyak peristiwa terjadi, terutama arus perpindahan pemain Persib. Dua pilar Persib ‘86, Bambang Sukowiyono dan Iwan Sunarya yang sudah membela panji-panji tim kebanggaan bobotoh ini sejak awal dekade 1980-an, menyatakan pensiun. Rekan seangkatannya, Dede Iskandar juga hijrah ke Bandung Raya, bersama striker muda Persib, Dadang Kurnia.

Sebagai catatan, bersama Bandung Raya yang ketika itu ditangani Risnandar Soendoro, di Kompetisi Galatama IX/1988-1989, Dadang Kurnia meraih prestasi puncaknya secara individu. Selain bisa membawa Bandung Raya meraih prestasi terbaik sepanjang sejarah keikutsertaannya di Galatama –menempati peringkat ke-7 dari 18 peserta– Dadang Kurnia pun tampil sebagai pencetak gol tersubur musim itu bersama Mecky Tata (Arema Malang) dengan koleksi 18 gol.

Seperti catatan Novan Herfiyana dalam modulnya berjudul “Persib 1990-an: Melestarikan Kejayaan Persib”, pada Mei 1989, empat pemain muda Persib, Yohanes Gatot Prasetyo (kiper), Roy Darwis, Kekey Zakaria, dan Kalbaryanto dikabarkan hijrah ke Persegres Gresik, tim yang baru promosi ke Divisi Utama. Di luar itu, Uut Kuswendi dan Erick Ibrahim (kiper) juga bergabung dengan Petrokimia Putra.

Isu perpindahan pemain yang paling fenomenal di tubuh Persib adalah ketika Robby Darwis memutuskan bergabung dengan klub Malaysia, Kelantan.

Regenerasi

Paska isu suap pengurus Persib mencoba melakukan regenerasi dengan mengikuti sejumlah turnamen. Beberapa turnamen yang diikuti Persib sepanjang tahun 1988-1989 antara lain Piala Persija I/1988 (November-Desember 1988), turnamen segitiga di Gresik (Maret), turnamen hari jadi Persib ke-56 (April), Piala Jawa Pos I/1989, Piala Siliwangi VII/1989 (Juni), Piala Marah Halim XVII/1989, Piala Surya 1989 (Juli), Piala Gubernur Jawa Tengah 1989, dan Piala SIDOLIG 1989 (September).

Persib tampil sebagai juara di turnamen segitiga di Gresik, turnamen hari jadi Persib ke-56, Piala Siliwangi VII/1989 dan Piala SIDOLIG 1989. Di Piala Persija I/1989, Persib harus puas menjadi runner-up, karena kalah 1-3 dari Persebaya Surabaya lewat drama adu penalti di Stadion Utama Senayan Jakarta. Untuk menemukan bakat-bakat baru, pada masa itu juga digelar turnamen yang bertitel “Piala Djarum Super” yang diikuti tim-tim perwakilan daerah di seluruh Jawa Barat. Untuk turnamen edisi perdana, Kota Bandung tampil sebagai juara setelah mengalahkan Kab. Cianjur 2-1 pada laga final di Stadion Siliwangi Bandung, 19 November 1988. Formasi Kota Bandung dalam partai final itu adalah Dedi Setiawan (kiper), Djuanda, Nandi, Asep Sumantri, Nana, Diding/Dodi F., Nyangnyang/Yudo, Endang, Martin, Dede Irawan/Udiana, dan Dodi Cahyadi/Aris Munandar.

Pada 1989, “Piala Djarum Super” edisi kedua tetap digelar dengan menampilkan Kab. Subang sebagai juaranya, setelah mengalahkan Kab. Serang 1-0 7 Oktober 1989. Dalam edisi kedua ini, penjaga gawang Anwar Sanusi (Subang) dinobatkan sebagai pemain terbaik.

Selain Anwar Sanusi, dari dua turnamen “Piala Djarum Super” ini –seluruhnya dimainkan tiga kali hingga 1990– muncul nama-nama pemain Kota Bandung, seperti Asep Sumantri, Nyangnyang, Aris Munandar, Diding, dan Nana Supriatna yang kelak menjadi anggota skuad Persib di Kompetisi Perserikatan 1989/1990.

Darah baru yang muncul pada masa ini adalah Sutiono Lamso.

No comments:

Post a Comment