Friday, June 20, 2008

Laga persahabatan, Persib igunduli PSV Eindhoven

Untuk mempersiapkan timnya menghadapi Kompetisi Perserikatan 1987/1988, Persib sempat tampil di beberapa turnamen, seperti Piala Surya 1987 di Surabaya, 28 Juni-3 Juli 1987, dan Piala Kedaulatan Rakyat 1987 di Yogyakarta, 24-27 September 1987.

Selain turnamen resmi, Persib pun memainkan sejumlah laga persahabatan, termasuk dengan klub-klub luar negeri. Yang paling fenomenal adalah ketika Persib berkesempatan menjajal klub raksasa Belanda, PSV Eindhoven yang tengah melakukan lawatan ke Indonesia di Stadion Siliwangi, 11 Juni 1987. Dalam pertandingan itu, Persib digunduli PSV 6-0 lewat gol Ruud Gullit menit ke-9, hattrick E. Vicool menit ke-15, 40, dan 53 serta dua gol tambahan dari Jurie Koolkhof menit ke-60 dan 66.

Selain Gullit, dalam pertandingan ini, PSV juga diperkuat pemain tim nasional Belanda lainnya, Ronald Koeman serta kapten Belgia, Eric Gerets.

Para pemain yang beruntung bisa memperkuat Persib saat menghadapi PSV itu adalah Wawan Hermawan/Erick Ibrahim (kiper), Dede Iskandar, Ade Mulyono, Ujang Mulyana, Adeng Hudaya, Bambang Sukowiyono, Uut Kuswendi, Iwan Sunarya/Dadang Kurnia, Adjat Sudradjat, Yudi Guntara, dan Dede Rosadi/Sarjono.

Selain penjaga gawang Erick Ibrahim, di dalam skuad Persib yang menghadapi PSV ada nama Yudi Guntara, seorang gelandang muda masa depan Persib. Pemain yang kemudian akrab disapa Oji ini merupakan anggota tim nasional pelajar Indonesia asuhan Bukhard Pape pada 1984 dan 1985.

Setelah diturunkan lawan PSV, Yudi juga diboyong Persib diboyong ke Piala Surya 1987 (28 Juni-3 Juli 1987). Meski Persib gagal tampil sebagai juara, berkat penampilan cemerlangnya, Yudi yang sempat membuat satu gol dalam turnamen ini dinobatkan sebagai pemain favorit. Dalam turnamen persahabatan internasional, Yudi juga mencetak satu dari dua gol kemenangan Persib atas Juventus Brasil (2-1) di Stadion Siliwangi, 14 Juli 1987. Sehari sebelumnya, Persib juga bermain dengan klub asal Korea Selatan, Hallelujah. Dalam pertandingan itu, Persib kalah 0-1.

Kendati penampilannya sangat menjanjikan, namun Yudi baru diproyeksikan memperkuat Persib pada musim berikutnya. (Persib 1990-an: Melestarikan Kejayaan Persib; 2009). Namun, dalam perkembangan selanjutnya, pada 1988, Yudi harus bergabung dengan timnas Indonesia U-19, bersama Hary Susanto, untuk berlatih di Jerman, menjelang babak kualifikasi Piala Asia U-19 di Jepang.

Masih di 1988, Yudi yang kuliah di STIE Perbanas juga bergabung dengan tim mahasiswa Indonesia tampil di final cabang olahraga sepak bola POM-ASEAN melawan Thailand. Nah, karena STIE Perbanas adalah klub anggota Persija, ketika pengurus Persib masih “timbang sana, timbang sini”, Yudi keburu mengambil keputusan untuk memperkuat tim berjuluk “Macan Kemayoran” itu.

Tuesday, February 19, 2008

Gugatan Solihin G.P.

Berbeda dengan grandfinal Kompetisi Perserikatan 1983, kekalahan Persib dari PSMS Medan, juga melalui drama adu penalti, diikuti dengan munculnya ketidakpuasan yang berbuntut pada gugatan Solihin Gautama Prawiranegara kepada wasit yang memimpin pertandingan, Djafar Umar. Surat protes resmi hasil rapat pengurus tertanggal 25 Februari 1985 itu dikirim ke PSSI dengan disertai bukti video rekaman pertandingan.

“Kami tidak menggugat PSMS sebagai juara, tapi sekadar bertanya kepada PSSI. Memangnya tak boleh,” kata Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang), Solihin G.P. yang juga Ketua Umum Persib, seperti dikutip majalah Tempo edisi 9 Maret 1985.

“Kami yakin, wasit merugikan kami,” kata Solihin. “Ini bukan protes, tapi koreksi atas wasit Jafar Umar yang memimpin pertandingan final itu,” kata Solihin G.P. dalam majalah Tempo edisi sebelumnya, 2 Maret 1985.

Dalam surat protesnya, Persib melihat ada tiga kekeliruan yang dilakukan Djafar Umar. Pertama ketika Medan unggul 2-1, di menit 77, Persib mendapat sepak pojok. Bola yang terlepas dari perebutan antara kiper Ponirin Meka dan Bambang Sukowiyono disundul Robby Darwis dan masuk. Wasit tak menunjuk titik putih, sebagai tanda gol telah terjadi.

Kedua, pada menit ke-10 babak perpanjangan waktu, lagi-lagi terjadi kekalutan di gawang Ponirin oleh sebuah sepak pojok. Gol yang masuk lewat Dede Rosadi, juga tak dipedulikan wasit. Yang ketiga, ketika adu penalti, saat giliran penembak ketiga Persib, Adeng Hudaya, konon, Ponirin sudah lebih dulu bergerak ke arah kiri, sebelum eksekusi dilakukan. Ini juga tak dianggap pelanggaran.

Namun, gugatan Persib itu menguap begitu saja. Ketua Komisi Wasit PSSI, Syamsudin Hadade justru sempat memeluk Djafar Umar usai pertandingan. “Pertandingan berjalan baik, semua keputusan wasit sesuai dengan peraturan,” katanya pada Tempo.

Soal dua gol yang dianulir, Hadade juga mengatakan, sebelum gol terjadi, wasit sudah meniup peluit untuk pelanggaran pemain Persib terhadap kiper Ponirin. Begitu juga tentang tuduhan Ponirin bergerak lebih dulu di dalam adu penalti, menurutnya, yang bergerak cuma tubuh Ponirin, hal yang dibolehkan peraturan, asal kaki tak turut melangkah.

Setelah dibahas oleh komisi khusus bentukan PSSI, protes Persib itu tak menghasilkan apa-apa, meski sudah dibuktikan video rekaman. Hadade mengatakan, rekaman itu tak bisa dijadikan barang bukti. “Pengambilan gambarnya tidak dari berbagai sudut,” dalihnya.

Apa komentar Djafar Umar? “Kalau terbukti bersalah, saya bersedia dipecat,” katanya.